Friday, 10 January 2014

Rekayasa Perangkat Lunak Melalui Mendekatan AGILE

Dalam beberapa kasus pengembangan aplikasi perangkat lunak, mungkin kita pernah mengalami situasi sebagai berikut.

Kita berharap user atau calon pengguna aplikasi mampu meng-artikulasikan dan menggambarkan dengan tepat ekspektasi yang dia harapkan dari aplikasi yang sedang dikembangkan. Kemudian orang IT mencoba untuk meng-interpretasikan itu sebagai user requirement dan mulai men-desain. Dalam beberapa kasus, terjadi gap yang lebar antara tim IT dengan kemampuan imajinasi user, sehingga tim IT terkadang menggunakan asumsi berdasarkan pengalaman pribadinya. Akhirnya, desain selesai dan pembuatan program berjalan sesuai desain dan tiba saatnya bagi tim IT untuk menunjukkan hasil kerjanya. Dan yang terjadi, user mendapat banyak hal yang diluar bayangannya dan yang kadang justru menjadi tidak puas dengan hasilnya.

Situasi di atas telah menjadi sesuatu yang sering terjadi saat ini, karena begitu banyaknya pilihan teknologi yang tersedia dan semakin kompleknya proses bisnis di sebuah enterprise. Orang-orang bekerja pada industri IT kini memiliki kesulitan untuk selalu mengejar kecepatan perubahan yang muncul dari kemajuan dan banyaknya pilihan yang tersedia. Sedangkan pengguna teknologi, akan semakin mengalami kesulitan untuk meng-artikulasi dan berimajinasi untuk membuat sebuah user requirement apalagi jika aplikasi yang dibangun adalah sebuah proses dari titik nol.

Kini pada para praktisi rekayasa perangkat lunak mencoba untuk mencari semacam framework (kerangka kerja) yang sesuai untuk mengakomodasi situasi di atas sehingga proyek dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan oleh user dan orang IT dapat menurunkan resiko akan kegagalan sebuah proyek.

Tulisan ini mencoba membuka sedikit wawasan mengenai pendekatan baru dalam rekayasa perangkat lunak. Cerita akan dimulai dengan melihat salah satu pendekatan rekayasa lunak yang sering disebut sebagai waterfall model dan telah digunakan selama cukup lama dalam rekayasa perangkat lunak. Dan kita mencoba melihat beberapa point sehingga waterfall model tidak selamanya bisa menjadi "satu obat mujarab untuk semua jenis penyakit". Setelah itu, baru kita mencoba melihat salah satu "obat alternatif" yang dapat kita pergunakan dalam rekayasa perangkat lunak, yang saat ini lebih dikenal dengan metode "AGILE".

Model Rekayasa Perangkat Lunak "Waterfall"

Hampir beberapa dekade, kita telah mengenal dan menerapkan pengembangan atau rekayasa perangkat lunak menggunakan pendekatan warerfall. Pendekatan ini secara sederhana membagi proses rekayasa perangkat lunak menjadi lebih kurang 5 tahapan inti.


  • Analisis, adalah tahapan dimana tim IT berdiskusi dengan user untuk mendapatkan kebutuhan user dan ekspektasi user terhadap aplikasi yang akan dibuat. Secara ringkat, tahapan ini akan menghasilkan sebuah dokumen yang bisa kita sebut sebagai User Requirement.
  • Desain, adalah tahapan dimana tim IT mulai menterjemahkan user requirement yang telah diserahkan atau disetujui oleh user. Biasanya, proses ini akan menghasilkan dokumen yang dapat kita sebut sebagai Technical Design. Kalo kita sedang merencanakan pembuatan rumah, tahap ini lebih kurang sama dengan proses pembuatan dokumen arsitek.
  • Coding, pada saat ini pengembangan yang sesungguhnya dari aplikasi dimulai. Program-program mulai dikerjakan, tentu saya programmer yang bertugas membuat software akan selalu mengacu kepada dokumen Technical Design. Tahap ini dinyatakan selesai jika semua program telah selesai dibuat dan/atau di-'package'. Aplikasi telah selesai dan disiap untuk dilakukan proses pengujian.
  • Testing, kini tiba waktunya untuk melakukan testing apakah aplikasi yang dibuat telah sesuai dengan yang sudah dituangkan dalam user requirement. Biasanya keluaran dari tahapan ini adalah dokumen pernyataan tentang "User Acceptance Test".
  • Deploy, setelah tahapan testing selesai, kini tiba waktunya untuk menginstall program tersebut dan aplikasi mulai dioperasikan serta bekerja sesuai fungsinya.
Kini kita mencoba melihat berbagai kondisi nyata dalam proyek rekayasa perangkat lunak, sehingga terkadang metode waterfall ini tidak bisa menjadi obat mujarab untuk semua proyek rekayasa perangkat lunak. Ini tidak berarti bahwa waterfall tidak relevan lagi, tapi lebih tepatnya adalah kita harus melihat kenyataan bahwa warerfall bukan satu-satunya pendekatan yang harus dijalankan dalam setiap proyek rekayasa perangkat lunak.

Pendekatan Waterfall jarang sekali terjadi kolaborasi yang cukup kuat dan konsisten antara satu tim dengan tim lainnya. Pada setiap stage atau tahapan diatas, sangat mungkin tim yang bertanggung jawab terhadap tahapan tersebut menggunakan asumsi-asumsi yang berbeda dengan tim yang bertanggung jawab pada proses sebelumnya yang bisa disebabkan karena berbagai alasan seperti perbedaan domain knowledge, pengalaman industri dan lain sebagai. Orang- orang yang bertanggung jawab membuat user requirement, umumnya domain knowledgenya adalah business process pada industri tertentu. Pada saat orang desain mulai melakukan technical design, sangat dimungkinkan dia memiliki pengetahuan business process yang sama levelnya dengan tim yang membuat user requirement, sehingga dia bisa menggunakan asumsi yang mungkin berbeda pada saat user requirement dibuat. 

Apa yang dihasilkan oleh satu tahapan, merupakan "kontrak kerja untuk tahapan selanjutnya, umumnya dilegitimasi dengan istilah sign-off. Jadi jika User Requirement telah di sign-off pada tahap analisis, dokumen ini menjadi kontrak kerja bagi tahapan desain untuk menghasilkan technical design. Programmer yang bekerja pada saat coding, akan menggunakan techinal design yang telah mendapatkan sign-off sebagai kontrak kerja. Beberapa kemungkinan masalah yang dapat muncul kemudian adalah:
  • Kesalahan atau kekurangan yang terjadi pada tahap awal akan mengakibatkan kesalahan berantai ditahap-tahap selanjutnya.
  • Karena testing (UAT) baru mulai dilakukan setelah semua program selesai, respon terhadap kesalahan akan sangat terlambat sehingga proses perbaikan akan jauh lebih lama.
  • Proses ini cenderung lambat untuk "time-to-market", sehingga pada saat aplikasi selesai dan siap beroperasi, lingkungan bisnis telah berubah sehingga aplikasi tersebut tidak bisa menggali pasar yang diharapkan sebelum aplikasi dibuat.
Perangkat input dari aplikasi berkembang pesat seperi card reader, scanner, kamera dan lainnya. Perangakat outputnya, juga semakin beragam, mulai dari tampilan grafis, resolusi warna, video dan lain sebagainya. Jika dulu, Sistem Informasi Manajemen (SIM), umumnya tampil dalam bentuk 'text mode' dengan 'menu driven'-nya. Pada saat itu, para user dan tim IT dapat dengan mudah untuk berdiskusi tentang User Requirement. Kini pilihan yang teknologi semakin banyak ditambah bisnis proses yang semakin komplek, user mengalami kesulitan untuk membuat sebuah user requirement yang menyeluruh dan tim IT juga harus memahami juga pilihan IT yang ada.

Banyak sekali proyek IT yang cenderung gagal karena hasilnya tidak sesuai ekspektasi atau waktu yang berjalan molor. Para praktisi rekayasa perangkat lunak melihat bahwa pendekatan waterfall sangat cocok, jika user dan tim IT sangat tahu persis tentang proses bisnis dan pilihan teknologi yang akan digunakan. Kondisi ini akan menghasilkan user requirement dan technical design yang komprehensif dan terstruktur dengan baik.

Waterfall model akan mengalami kesulitan pada saat user dan tim IT berada pada situasi yang komplek untuk membuat user requirement dan technical design karena minimnya pengalaman terhadap aplikasi yang sedang dibuat. Praktisi rekayasa perangkat lunak mencoba mencari merode lain, dimana aplikasi dikembangkan secara bertahap, berkolaborasi secara total dan adanya learning curve selama proyek berjalan. Pada bagian selanjunya kita akan melihat model alternatif yang mungkin dapat kita gunakan dalam proyek rekayasa perangkat lunak kita. Pendekatan ini kemudian sering kita kenal sebagai pendekatan AGILE.

Model Rekayasa Perangkat Lunak "AGILE"

Rekayasa perangkat lunak menggunakan AGILE sering juga disebut sebagai "iterative method" dan dapat juga disebut sebagai "incremental product development". Pada saat, tim IT dan tim user mengalami kesulitan untuk mendefinisikan kebutuhan mereka secara komprehensif, kemungkinanan cara ini akan lebih efektif. 

Proses pengembangan berjalan secara 'incremental', artinya aplikasi tidak harus diselesaikan secara sekaligus, melainkan bertahap. Disaat yang saman, 'incremental' ini juga terkain dengan kegiatan yang berulang-ulang ('iterative'). Dan hal yang terpenting adalah kolaborasi penuh antara semua personal proyek.

Mari kita lihat sebuah ilustrasi sederhana rekayasa perangkat lunak menggunakan AGILE :
  • Tim agile tidak menuntut jumlah personal yang banyak, secara efektif sekitar 7 orang. Mereka terdiri dari orang bisnis (sering disebut sebagai product owner), orang-orang IT dan fasilitator AGILE.
  • Mereka kemudian menetapkan waktu iterasi, jika kita menggunakan Scrum, iterasi ini disebut juga sebagai sprint (Scrum adalah salah satu metode implementasi AGILE. Selain agile ada juga Extreme Programming - mungkin pada topik mendatang saya akan mencoba untuk melihat lebih detail mengenai hal ini). 
  • Sprint ini adalah waktu yang pendek, mungkin sekitar 2 minggu. 
  • Pada saat tim agile menetapkan sprint atau iterasi selama 2 minggu, tim ini kemudian menetapkan 'incremental product'.
  • Misal, iterasi pertama (2 minggu pertama), tim menetapkan untuk membuat 'screen untuk input data pegawai', iterasi kedua kemudian tim menetapkan incremental kedua dan seteruskan.
  • Selama 2 minggu ini, tim Agile berkolaborasi secara terus menerus dan mereka memiliki meeting harian lebih kurang 15 menit. 
  • Pada tim agile, semuanya bertanggung jawab terhadap incremental product. Mereka adalah satu kesatuan sebagai tim (orang bisnis, orang IT dan fasilitator). Selama 2 minggu itu, mereka berdiskusi, mendesain, membuat program dan testing secara bekerja sama sehingga incremental product itu siap untuk di deploy. 
  • Umumnya, konsep ini akan berjalan sangat baik jika semua anggota agile berada pada lokasi yang sama. Mereka harus berdiskusi tiap hari lebih kurang 15 menit dengan 3 agenda utama (apa yang telah dikerjakan kemaren, apa yang akan dikerjakan hari ini dan kendala apa yang bisa menghambat progress).




Pada pendekatan waterfall, seolah-olah terdapat kontrak kerja antara pihak User dan IT yang dituangkan dalam user requirement. Pada metode Agile, User dan IT berkolaborasi bersama. Mereka menetapkan secara bersama apa yang ingin dibangun pada setiap iterasi, mereka sama-sama melakukan testing dan mereka bersama-sama belajar dari satu iterasi ke iterasi berikutnya. Setiap iterasi mereka selalu menghasilkan incremental produk yang tentu saya workable, tested dan membangun integrasi dari satu iterasi ke iterasi berikutnya.

Mari kita lihat beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh pendekatan ini.
  • Selalu terdapat RUNNING version. Sejak dari  iterasi pertama selesai, kita telah memilki versi yang sudah berjalan dan dapat kita manfaatkan. Misal, kita telah memiliki fungsi untuk memasukkan data.
  • Error dapat lebih mudah untuk diidentifikasi. Karena tim bekerja secara kolaborasi dan incremental, error akan mudah terdeteksi lebih awal dan perbaikan dan dikerjakan secara cepat. 
  • Respon terhadap error menjadi lebih cepat karena tim user dan IT saling berkolaborasi sebagai satu tim tanpa ada sekat. Sehingga proses perbaikan menjadi lebih cepat dan tepat.
  • Agile juga menjadikan aplikasi "time-to-market". Respon terhadap kebutuhan pun menjadi lebih cepat. Karena prioritas incremental item pada setiap iterasi dapat menyesuaikan kebutuhan di market dan tim dapat memberikan respon yang cepat.

Summary 

AGILE sangat cocok digunakan pada tim IT dan user berada pada kondisi "uncertain requirement combined with unpredictable technology". User dan IT berkolaborasi bersama untuk memcoba menggali solusi secara bertahap dan terdapat proses pembelajaran dati setiap iterasi.

Jika user mampu untuk menggambarkan user requirement secara terstruktur dan menyeruh, serta diikuti oleh tim IT yang sagat familiar dengan proses bisnis dari aplikasi yang sedang dikembangkan, waterfall model akan memberikan solusi yang effisien. Hal ini karena, tim IT dan user dapat memprediksi hasil akhir jauh lebih terstruktur dan bisa mempersiapkan solusi yang cepat dan tepat guna menyelesaikan aplikasi tersebut.

NEXT

Semoga tulisan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya pendekatan rekayasa perangkat lunak AGILE sebagai alternatif pendekatan Waterfall yang sudah kita kenal luas. Selanjutnya, saya akan mencoba untuk mempersiapkan tulisan berikutnya untuk memberikan gambaran yang lebih detail dan beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan AGILE.
  • Karakteristik dari pengembangan AGILE, apa saja prinsip pokok dari sebuah implementasi AGILE dan manisfesto AGILE
  • Agile Menggunakan Extreme Programming (XP), metode ini berfokus pada programming practices
  • Agile Menggunakan Scrum, metode ini, metode ini berfokus pada project management
  • Lean Development dan Kanban, metode ini mencoba mengadapsi proses manufaktur yang diperkenalkan oleh TOYOTA dalam rekayasa perangkat lunak.


--------
Link:
Topik tentang mengenai kehidupan di Singapura: Kehidupan di Singapura 
Topik tentang mengenali teknologi informasi: Mengenali Teknologi Informasi

Semoga Bermanfaat

Singapore, Januari 2014
"Dipersiapkan selama perjalanan rumah-kantor di atas MRT (pengguna setia MRT)"


Saturday, 5 January 2013

Catatan Pendidikan Dasar (SD) di Singapura (#3)

Ini adalah tulisan saya yang ketiga berkaitan pengalaman saya dalam menemani anak saya yang saat ini duduk di bangku SD. Dia baru saja naik kelas 3 tahun ajaran 2013 ini. Tahun ajaran sekolah di Singapura selalu dimulai pada tanggal 2 Januari tahun bersangkutan. Seperti pada tulisan saya yang pertama, tulisan ini hanya bermaksud untuk berbagi informasi bagaimana dunia anak-anak SD di Singapura. Saya tergerak untuk berbagi informasi ini, setelah membaca banyak berita tentang perubahan kurikulum SD di Indonesia dan terdapat beberapa berita yang menurut saya tidak tepat dalam menginformasikan kurikulum SD di Singapura.

Tulisan ini mungkin adalah tulisan terakhir saya mengenai dunia pendidikan SD di Singapura, semoga bagi yang membutuhkan baik dalam rangka riset atau kebutuhan lainnya dapat memperoleh manfaat dari tulisan ini. Sekali lagi tulisan ini tidak bermaksud untuk membandingkan pendekatan pendidikan antar negara. Saya lebih mencoba untuk berbagi pengalaman saja tentang apa yang saya lihat, rasakan dan laukan selama menemani anak saya yang sekarang baru saja menjalani minggu pertamanya di kelas 3 SD.

Jam Sekolah

Anak-anak saya kebetulan menggunaka bis sekolah sebagai sarana transportasi antara rumah dan sekolah. Mereka sudah harus siap di hall di komplek perumahan dimana kami tinggal sekitar 7.15 pagi dan bis akan tiba kira-kira jam 7.20 pagi (atau sekitar jam 6.20 waktu Jakarta). Jarak antara rumah kami dengan sekolah lebih kurang 1 km. Mereka akan tiba di sekolah lebih kurang jam 7.30. Dan pelajaran sekolah sendiri baru dimulai jam 8 pagi.

Sekitar jam 10 pagi, mereka akan istirahat selama setengah jam. Jam istirahat ini dapat dipergunakan untuk makan di kantin sekolah, perpustakaan atau bermain-main. Dan jam pelajaran ini baru selesai sekitar jam 1.30 siang. Anak-anak saya akan kembali ke bis sekolah untuk selanjutnya pulang ke rumah. Pada hari-hari tertentu, anak-anak saya akan lebih lama di sekolah untuk mengikuti beberapa kegiatan tambahan seperti CCA (Co Curricular Activity). Terkadang pula anak-anak SD harus tetap di sekolah jika mereka diminta untuk menjalan aktifitas Remedial. Aktifitas Remedial ini biasanya dilakukan oleh guru jika guru menilai siswa tersebut perlu mendapatkan sedikit tambahan pelajaran untuk memperbaiki nilai pelajarannya.

Mengisi Buku Diary 

Buku Diary adalah buku harian siswa, dimana guru dan siswa dapat berbagi informasi dengan orang tua siswa. Isinya bisa berupa pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, catatan bagi orang tua (misal harus mengisi survey), mengingatkan adanya buku yang harus dibawa dan lain sebagainya. Saya mencoba untuk menampilkan salah satu halaman dari buku harian anak saya sewaktu dia duduk di kelas 2 SD.

Catatan Mingguan

Seminggu sekali, siswa juga diminta untuk meng-ekspresikan dirinya tentang apa yang telah dia lakukan selama seminggu. Guru akan meminta siswa menuliskan apa saja yang dia lakukan selama seminggu dengan bahasa siswa sendiri. Catatan ini adlah bagian dari isi buku Diary. Saya coba tampilkan pula contoh catatan mingguan anak saya di sini sewaktu dia duduk di kelas 2 SD.



Siswa dan Kesehatan

Kantin Sekolah

Sekolah memiliki kantin yang menyerupai food court centre. Tempat yang cukup luas untuk menampung semua siswa pada saat jam istirahat. Terdapat beberapa stall makanan yang menyediakan menu tertentu, misal stall makanan jepang, western food, chinese food, malay food dan lain-lain termasuk stall minuman.

Dengan peraturan baru, makanan dijual dalam bentuk set menu. Pihak penjual diminta untuk membuat menu-menu dalam bentuk set. Dalam setiap set menu, harus ada keseimbangan gizi (kira-kira mesti seimbang dengan istilah kita '4 sehat'). Jika siswa membeli makanan di satu stall, siswa tinggal bilang set mana yang dia inginkan.

Peraturan ini telah dikomunikasikan kepada orang tua dan berlaku sejak tahun 2012 lalu. Dan set menu ini di bawah pengawasan dan bekerja sama dengan departemen kesehatan. Sebelum peraturan ini diterapkan, siswa bisa memesan lauk-pauk sesuai keinginannya, tapi sekarang hal tersebut sudah tidak dapat dilakukan lagi, demi menjaga keseimbangan gizi.

Sekolah sangat melarang siswa untuk membawa fast food ke sekolah. Dan tidak ada penjual makanan di sekitar sekolah. Semua penjual makanan ada di dalam kantin dan diawasi kesehatannya. Tahun lalu, harga 1 setiap set menu di setiap kantin adalah rata sebesat $1. Siswa yang perlu makan banyak boleh membeli paket extra dengan harga $1.40. Tetapi tidak boleh lebih dari itu.

Foto di bawah ini menggambarkan kantin sekolah anak saya.



Klinik Kesehatan dan Dokter Gigi

Di sekolah terdapat klinik dokter gigi. Setiap siswa memiliki jadwal tertentu untuk berkunjung ke dokter gigi ini. Dan jika ada siswa yang sakit, sekolah juga memiliki klinik dan setiap siswa memiliki jadwal untuk vaksinasi tertentu.

Locker Siswa


Untuk memudahkan siswa dalam menyipan peralatan sekolahnya, setiap siswa memiliki locker sendiri-sendiri. Locker ini terletak di dalam kelas siswa masing-masing. Siswa menggunakan locker tersebut guna  menyimpan buku-buku (misal activity book atau workbook yang pada umumnya hanya digunakan di sekolah) atau alat tulis mereka di kelas. Foto di bawah ini adalah locker anak kedua saya di dalam kelasnya, lebih kurang berukuran 30x30cm.



Melihat Pendekatan Dalam Kurikulum

Matematika

Seperti telah saya tuliskan sebelumnya bahwa pendekatan pelajaran matematika lebih kepada problem-solving, yang memiliki tahapan berikut :

  • Read and Understanding, siswa diminta untuk mengerti mengenai pertanyaan yang sebenarnya di ajukan dalam problem tersebut. Dan siswa juga diharapkan mampu menangkap kata-kata kunci dan angka-angka yang terdapat dalam soal dan menghubungkannya.
  • Strategy, siswa mampu menyiapkan metode yang tepat untuk menyelesaikan soal matematika tersebut. Semua informasi kunci telah diidentifikasi seperti data yang diketahui serta data yang ingin dicarikan solusinya.
  • Computation, setelah itu baru siswa dituntut uttuk dapat menghitung dengan menggunakan operasi yang tepat seperti tambah, kurang, kali dan sebagaikan serta menghasilkan perhitungan yang tepat.
  • Logical, setelah proses perhitungan selesai siswa diminta untuk melakukan pengujian. Bisa jadi pengujian terbalik atau menghitung ulang. Siswa harus benar-benar yakin bahwa semua langkah yang dilakukan adalah tepat.
Di bawah ini, saya coba tampilkan salah satu problem-solving pada salah satu halaman "Workbook" matematika untuk kelas 2 SD pada bulan kedua. Dalam pelajaran matematika ini, siswa tidak diwajibkan membeli buku tulisa. Semua buku text and workbook telah dipersiapkan dalam bentuk buku. Workbook ini memiliki tepi yang bisa dirobek untuk selanjutnya diberikan kepada guru untuk dikoreksi.



Science

Untuk pelajaran yang satu ini, saya belum memiliki pengalaman karena pelajaran ini baru dimulai sejak kelas 3 SD dimana anak saya baru menjalani minggu pertama di kelas 3. Tetapi saya coba untuk berbagi tentang apa yang saya dapatkan dalam rubrik pelajaran science yang saya lihat dalam buku Diary anak saya. 

Pelajaran science memiliki tujuan, pendekatan dan harapan sebagai berikut.

  • Keingintahuan, siswa diharapkan menunjukkan keingintahuannya tentang dunia sekitarnya dan melahirtkan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan penting berkaitan dengan apa yang dia lihat.
  • Kreatifitas, mengeluarkan ide-ide untuk memecahkan masalah dan melakukan pengembangan terhadap aktifitas yang berjalan.
  • Integritas, siswa mampu untuk menangani dan mengkomuniasikan data dan informasi secara terintegrasi. Siswa diharapkan untuk tidak merubah data untuk mempertahankan kesimpulannya.
  • Objektif, siswa mencari data dan informasi untuk melakukan validasi observasinya dan menjelaskannya secara objective. Siswa memberikan penjelasan dan alasan berdasarkan bukti yang memang dia dapatkan selama observasi.
  • Ketekunan, siswa akan terus mempelajari persoalannya sampai dia benar-benar puas dengan solusi yang ditemukannya. Siswa diharapkan untuk tidak mudah menyerah sampai benar-benar puas dengan hasil temuannya.
  • Bertanggungjawab, siswa selalu menjaga dan mencoba untuk meningkat kualitas dari lingkungannya dengan tindakan yang simple dan nyata.

Pelajaran Bahasa

Siswa akan belajar bahasa Inggris sebagai bahasa pertama Hal ini didasarkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional baik di dunia bisnis, penelitian dan teknologi. Dengan alasan inilah, kemampuan berbahasa Inggris menjadi essensial dan penting serta harus diasah mulai dari kecil.

Di samping itu, pemerintah tidak menginginnkan penerus mereka melupakan bahasa ibu mereka. Untuk itu Singapura menganut konsep Billingualism. Mulai dari SD mereka juga harus mengikuti pelajaran bahasa ibu (mother tongue). Secara umum, sekolah akan memiliki 3 mother tongue yaitu Chinese Language, Malay Language dan Tamil Language.

Information and Communications Technology (ICT)

ICT bukan merupakan salah satu pelajaran yang diujikan baik sebagai ujian semester atau ujian akhir untuk menentukan kelulusan siswa. Ini adalah kurikulum tambahan yang sudah mulai diajarkan kepada anak-anak SD. Anak saya saat ini, sudah familiar untuk menggunakan Microsoft Office terutama Microsoft Word. Mereka juga sudah mulai familiar untuk akhirnya belajar sendiri menggunakan aplikasi yang lain.

Dan salah satu ekstrakulikuler yang terdapat disekolah anaknya adalah sebuah kelompok hobby siswa yang gemar atau senang belajar untuk membuat program-program game. Dan terdapat pula beberapa kompetisi tingkat SD diadakan secara nasional untuk program ini.

Program ini dicanangkan oleh kementrian pendidikan untuk meyiapkan semua siswa agar memiliki kemampuan dan mampu mengembangkan skill skill secara mandiri di bidang ICT guna mendukung mereka dalam rangka proses belajar dan kebutuhan masa depan mereka.

Beberapa tugas dari guru, juga sering dilakukan melalui website online. Setiap murid memiliki account untuk mengakses website tersebut. Tugas dari guru tersebut bisa berupa pelajaran atau workshop seperti listening skill, matematika dan lain-lain atau bisa berupa soal-soal untuk melatih kemampuan mereka. Umumnya pada saat liburan pendek sekolah, para guru sering menggunakan media ini untuk memberikan tugas kepada siswanya. Setiap tugas memiliki batas akhir untuk meng-submit ke guru.

Tidak ada hafalan

Selama saya mendampingi anak-anak saya di kelas 1 dan 2, saya tidak pernah melihat anak saya menghafalkan materi pelajaran tertentu. Saya tidak melihat ada tuntutan bagi anak untuk menghafal pelajaran mereka. Memang untuk pelajaran bahasa (baik bahasa Inggris maupun mother tongue), saya melihat ada proses "menghafal", tetapi menurut saya mereka "mengingat untuk dipraktekkan". Mereka bukan dituntut untuk belajar "mengingat untuk selanjutnya dihafalkan", agar pada saat ujian mereka dapat menjawab dengan benar. Mereka memiliki pelajaran Civic & Moral Education, social studies dan pelajaran tambahan lainnya, tetapi saya tidak pernah melihat mereka menghafalkan isi pelajaran tersebut.

Program Remedial

Guru dapat melakukan program remedial bagi siswa tertentu. Jika guru melihat ada siswa yang lemah dalam matematika misalnya, guru bisa meminta agar siswa tersebut untuk tetap berada di sekolah setelah sekolah usai dalam rangka mengikuti program remedial. Guru akan mencoba untuk mengajarkan kembali untuk membantu siswa tersebut agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

CCA

CCA (Co-Curicular Activity) adalah kegiatan yang dapat dilakukan siswa setelah jam sekolah.  Ada beberapa kegiatan yang hanya dapat diikuti oleh kelas tertentu dan ada beberapa yang boeh diikuti sejak dari kelas 1 SD. Anak saya sendiri, mengikuti CCA soccer dan Guzheng.
Di sini saya tampilkan beberapa kegiatan ektra kurikuler yang terdapat di sekolah anak saya.
  • Basket Ball
  • Soccer
  • Softball
  • Choir
  • Drama
  • Chinese Dance
  • Malay Dance
  • Indian Dance
  • Bowling
  • Floorball, bermain hockey di lantai.
  • Guzheng, ini adalah salah satu alat musik petik china.
  • Inline Skating/Roller Floorball
  • Scout & Brownies, sama halnya dengan Pramuka di Indonesia. Scout untuk laki-laki dan Bownies untuk wanita.
  • Art Club
  • Digital Media Club, ektra kurikuler ini lebih banyak merupakan kegiatan photography, editing menggunakan komputer hingga akhirnya dapat dicetak.  
  • ICT Club, kegitan ini lebih banyak kepada pembuatan program game. Siswa mencoba membuat game sendiri.

Penutup

Tulisan ketiga ini mungkin menjadi penutup untuk seri tulisan saya tentang pendidikan SD di Singapura. Semoga bisa membantu bagi siapa saja yang sedang mencari informasi mengenai kurikulum SD di Singapura termasuk proses kegiatan belajar mereka.

Terima Kasih.


--------
Link:
Topik tentang mengenai kehidupan di Singapura: Kehidupan di Singapura 
Topik tentang mengenali teknologi informasi: Mengenali Teknologi Informasi

Catatan Pendidikan Dasar (SD) di Singapura (#2)

Tulisan ini saya buat sebagai kelanjutan dari tulisan terdahulu dengan judul yang sama. Dan saya banyak saya lakukan selama perjalanan MRT antara rumah dan kantor.
Pada tulisan ini saya mencoba untuk memberikan catatan bagaimana hubungan antara sekolah dan orang tua murid.

Parent Support Group


Para orang tua membentuk sebuah kelompok yang sering disebut dengan Parent Support Group (PSG). Mereka adalah para orang tua yang dengan sukarela dan siap untuk membantu beberapa kegiatan sekolah para saat diperlukan. Pada saat siswa-siswa mengikuti pelajaran "swimming", para orang tua ini bersedia untuk membantu instruktur, menjaga barang-barang siswa atau mengatur siswa pada saat mandi setelah berenang. Secara sukarela memberikan presentasi atau sharing atau story telling dengan siswa di kelas. Membantu kegiatan school camp atau outing ke tempat-tempat menarik seperti museum, kunjungan ke pemadam kebaran dan lain-lain.

Keanggotaan PSG sangat sukarela tidak ada paksaan. Pada saat sekolah membutuhkan tenaga tambahan untuk suatu kegiatan tertentu, mereka dapat menghubungi PSG. Para orang tua ini, tidak mengharapkan bayaran sama sekali. Mereka justru senang, karena mereka memiliki akses ke sekolah, bisa melihat, memantau atau memberi masukan terhadap aktifitas di sekolah. Mereka jadi tahu, apa saja kegiatan sekolah dan tujuannya. Dan tentu saja network antara orang tua sendiri. Mereka bisa sharing cerita tentang kesulitan anak-anak mereka. Dan mereka juga bisa membuka forum diskusi dengan pihak sekolah (para guru dan juga principal/kepala sekolah). Saya pernah menjadi volunteer untuk kegiatan school camp kelas 1 dan kelas 2. Selama school camp, sekolah bekerja sama dengan event organizer yang menjalankan program school camp dan segenap aktifitasnya seperti layaknya kegiatan outbound dan team building.

PSG juga sering mengadakan kegiatan seminar, workshop atau forum-forum tertentu dengan mengundang para nara sumber mengenai isu-isu parenting yang disponsori sekolah. Termasuk juga event-event "Orang Tua dan Anak". Saya pernah mengikuti event bermain floor ball bersama antara bapak dan anak-anak di sekolah. Floor Ball adalah semacam olah raga Hockey yang dilakukan di atas lantai. Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan sekolah dan sport council. Setiap anak mendapat 'stick' hockey gratis, bapak dan anak mencoba berlatih bersama untuk kemudian membentuk satu tim dengan pasangan yang lainnya.

Orang Tua dan Kurikulum


Dari sisi kurikulum, setiap tahun sekolah mengadakan workshop bagi orang tua. Workshop ini dipisahkan berdasarkan kelas, artinya orang tua yang anaknya kelas 1 berada satu group, begitu seterusnya hingga group orang tua kelas 6. Kegiatan ini biasanya dilakukan di awal semester dan pada saat weekend.
Workshop kurikulum ini disampaikan oleh para guru. Guru menyampaikan materi atau topik apa saja yang akan diajarkan kepada siswa selama setahun pada setiap group workshop. Materi yang disampaikan di workshop ini hanya yang diujikan saja. Kelas 1 & 2, memiliki materi Math, English dan Mother tongue.
Guru juga memberikan metode yang akan dia gunakan selama mengajar. Guru juga mengajarkan sedikit topik kepada orang tua dan melakukan simulasi bersama. Misal menyelesaikan kasus matematika tingkat SD. Guru dan orang tua mencoba menyelesaikan bersama.

Setelah itu, guru memberikan beberapa point tentang harapan mereka kepada orang tua, apa yang orang tua bisa lakukan di rumah untuk membantu siswa dalam mempelajari pelajaran sekolah. Kegiatan ini berlangsung kira-kira lebih dari setengah hari dan kita mendapat makanan gratis dari pihak sekolah. Tentu saja dalam setiap sesi selalu terdapat acara tanya jawab dimana para orang tua bisa menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan kurikulum sekolah anaknya.

Diary Sebagai Alat Komunikasi Siswa, Guru dan Orang Tua


Setiap siswa mendapatkan buku Diary seperti layaknya buku agenda yang dapat memuat segala komunikasi atau catatan siswa yang tentunya menjadi sarana komunikasi antara siswa, guru dan orang tua. Pada saat siswa mendapatkan pekerjaan rumah dari guru, siswa akan diminta oleh guru untuk menuliskan item ini di dalam agenda atau buku diary mereka dan memberikan indikasi kapan home work tersebut harus di kumpul. Home work ini dapat berupa pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan siswa atau pekerjaan rumah yang harus dilakukan melalui website khusus dimana setiap siswa memiliki account.

Pekerjaan rumah yang dilakukan melalui website, dapat berupa mengikuti pelajaran dengan audio visual tertentu, penyelesaikan kasus yang interaktif seperti mendengarkan pertanyaan atau percakapan terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan tersebut.

Semingu sekali, para siswa juga diminta untuk melakukan summary apa yang telah mereka lakukan selama seminggu tersebut dan apa yang mereka rasakan dalam rangka holistic program. Misal sang siswa menuliskan bahwa dia "belajar penambahan", kemudian dia akan menceritakan aktifitas yang dia lakukan selama belajar, misal "saya menggunakan jari tangan saya untuk menghitung dan saya bertanya kepada guru tentang sesuatu yang tidak saya ketahui dan guru menjawab pertanyaan, sehingga saya sekarang mengerti". Kemudian terakhir dia akan mengatakan sesuatu yang dia rasakan di sekolah mengenai pelajaran tersebut, misal dia bisa mengatakan "Saya sekarang punya percaya diri untuk menanyakan sesuatu yang tidak saya ketahui ke guru dan belajar menghitung ternyata sangat menyenangkan". Ungkapan-ungkapan tersebut akan di tuliskan siswa di dalam bukunya dan guru akan membacanya untuk seteruskan sang orang tua akan melihat catatan tersebut di rumah.

Report Semester


Setelah semester pertama selesai, guru wali kelas akan membagikan report ke kepada orang tua. Pada saat ini, orang tua dan guru memiliki slot lebih kurang 10-15 menit untuk saling berdiskusi guna pengembangan sang siswa bersangkutan. Diskusi ini berlangsung one-to-one session. Dalam undangan, umumnya guru akan menyebutkan jam berapa sebaiknya kita datang ke sekolah karena guru harus menyediakan waktu lebih kurang 10-15 menit untuk berbicara secara khusus dengan masing-masing orang tua.

Komunikasi ini berlansung dua arah, guru bisa memberikan semacam feedback tentang anak kita selama proses belajar berlangsung dalam semester terdahulu. Diskusi tidak hanya mengenai pelajaran, termasuk juga minat, sikap dan tingkah laku anak kita selama di sekolah. Orang tua juga dapat menanyakan banyak hal tentang anaknya selama di sekolah atau selama di rumah.

Buddy Buat Siswa Kelas 1


Mari kita lihat, apa yang terjadi pada saat siswa kelas 1 memasuki hari pertama di sekolah. Sekolah tidak menginginkan agar orang tua dapat berinteraksi langsung dengan sang anak selama berada di sekolah. Bagi siswa kelas 1 SD, kondisi ini terkadang dilematis. Umumnya sekolah memiliki aturan, bahwa orang tua siswa kelas 1 dapat berada di lingkungan sekolah dan berada pada area tertentu hanya untuk memastikan bahwa dia dapat melihat anaknya. Tetapi orang tua sangat diharapkan untuk tidak berinteraksi langsung dengan sang anak. Dan ini hanya diperbolehkan pada hari pertama dan hari kedua bagi anak kelas 1.

Pada saat istrirahat dimulai, seluruh siswa kelas 1 akan dikumpulkan di Hall sekolah. Kemudian siswa kelas 5, telah ditunjuk menjadi 'buddy' atau teman untuk masing-masing siswa kelas 1. Seorang 'buddy' akan bersama dengan seorang siswa kelas 1. Mereka akan jalan bersama dan bermain bersama. Sang buddy akan menunjukkan dimana kantin berada, dimana toilet, dimana perpustakaan, cara meminjam buku dan lain sebagainya. Kemudian di kantin, buddy juga agar memberikan arahan bagaimana cara membeli dan memilih makanan. Untuk yang muslim, biasanya 'buddy' sudah mendapatkan informasi dari gurunya, sehingga buddy akan menunjukkan tempat makanan halal. Buddy dan siswa kelas 1 ini akan selalu bersama selama istirahat sekolah. Dan ini berlangsung selama seminggu.

Setelah istirahat selesai, para buddy mengembalikan siswa kelas 1 ke Hall sekolah untuk dipertemukan kembali dengan wali kelas masing-masing untuk kembali belajar di kelas. Selama buddy bekerja, orang tua hanya boleh melihat dari kejauhan pada hari pertama dan kedua saja. Di hari ketiga, orang tua sudah tidak diperkenankan memasuki areal sekolah selama jam pelajaran. Dan buddy, akan terus menemani siswa kelas 1 selama seminggu.


--------
Link:
Topik tentang mengenai kehidupan di Singapura: Kehidupan di Singapura 
Topik tentang mengenali teknologi informasi: Mengenali Teknologi Informasi

Tuesday, 1 January 2013

Catatan Pendidikan Dasar (SD) di Singapura (#1)

Saya tertarik untuk menuliskan catatan mengenai pendidikan dasar di Singapura ini diawali dengan ramainya berita mengenai perubahan kurikulum SD di Indonesia. Dan pada saat yang sama, saya juga membaca sebuah berita berita, yang menurut saya telah menginformasikan sesuatu yang kurang tepat. Tulisan ini, tidak bermaksud untuk membandingkan pendidikan dasar di Singapore dengan negara lainnya. Saya mencoba untuk tidak melakukan penilaian atau perbandingan antar negara, karena saya sendiri tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan hal tersebut. Apa yang saya tuliskan disini, tidak lebih adalah pengalaman yang saya alami selama mendampingi anak saya yang saat ini masih bersekolah di salah satu SD yang dikelola oleh pemerintah di Singapura.

Fasilitas Fisik


Jika kita melihat dari luar, semua SD negeri yang dikelola pemerintah akan memiliki fasilitas lapangan olah raga outdoor (misal lapangan sepakbola) dan indoor sport hall yang dapat dipergunakan untuk kegiatan fisik indoor (seperti lapangan badminton, basket, floorball dan lain-lain).

Mari kita lihat fasilitas di dalam sekolah, terdapat eco garden yang dikelola oleh sekolah dan dirawat secara bersama oleh siswa. Mereka melakukan penyiraman, memberikan pakan ikan dan perawatan rutin. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, perawatan taman ini lebih banyak dilakukan oleh siswa kelas 1 dan 2 sebagai sebuah persiapan bagi mereka untuk mengenal ilmu science sebelum mereka belajar ilmu science secara formal mulai di kelas 3. Taman ini sendiri dibangun bekerja sama dengan NEA (National Environment Agency).

Mari kita lihat lebih dalam menuju ke beberapa ruangan. Beberapa siswa SD berkumpul dengan memegang kamera DSLR dan mereka sering hadir untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan di dalam sekolah. Saya pernah mendapatkan kesempatan untuk memasuki ruang komputer photography dimana para siswa ini melakukan editing dari hasil foto mereka di ruangan tersebut. Sang guru di ruangan tersebut mengatakan bahwa mereka memang punya club hobby bagi siswa-siswa yang ingin belajar photography.

Tidak jauh dari ruangan tersebut, saya melihat anak-anak SD tersebut bermain-main dengan komputer. Ternyata anak-anak tersebut adalah para siswa yang sedang belajar membuat program game. Bagi siswa yang tertarik untuk belajar bagaimana membuat software game, mereka dapat bergabung dalam kegiatan ini. Saya ditawari untuk membeli CD yang berisi game yang telah dibuat oleh club siswa ini. Saya dan beberapa orang tua yang kebetulan hadir disitu, sangat gembira untuk membelinya sebagai sebuah penghargaan bagi mereka. Dan perlu juga menjadi catatan, mereka juga telah mendapatkan beberapa penghargaan dari beberapa kompetisi nasional untuk pembuatan program game ini.

Masih di lantai satu, saya mendatangi laboraorium science. Beberapa siswa tersebut bermain-main dengan mikroskop, siswa yang lain bermain-main dengan cahaya dan ada juga yang bermain dengan experiment air. Saya melihat banyak peraga science di dalam ruangan tersebut.

Mari kita melihat di lantai atas, saya mendapatkan kesempatan untuk memasuki "black box room". Ruangan ini berwarna hitam penuh dan kedap suara. Ini adalah ruangan yang dapat digunakan untuk latihan drama yang dilengkapi dengan perangkat sound system. Dan masih banyak lagi ruangan lainnya seperti perpustakaan, ruang musik, fitness dan lain-lain.

Kurikulum SD

Terdapat 4 mata pelajaran yang akan diujikan setiap semester dan juga bagian dari ujian PSLE (Ebtanas untuk SD). Pelajaran wajib tersebut adalah Math, English, Mother Tongue dan Science. Khusus pelajaran Science, mulai dipelajari secara formal sejak kelas 3. Pada saat kelas 1 dan 2, siswa lebih fokus kepada 3 pelajaran Math, English dan Mother Tongue.

Di samping pelajaran tersebut, siswa-siswa SD juga memiliki pelajaran tambahan seperti Social Study, Art, Civic & Moral Education, Health Education, Music, Physical Education, Drama dan ICT Skill. Pelajaran ini tidak diujikan secara formal dan tidak memiliki nilai kuantitatif. Saya tidak mengetahui persis, apakah pelajaran tambahan ini adalah sama untuk semua sekolah SD.

Selama anak saya kelas 1 dan 2 SD, hampir tiap hari dia belajar Math, English dan Mother Tongue. Inilah pelajaran yang utama setiap harinya. Sedangkan pelajaran lainnya, lebih merupakan tambahan.

Untuk physical education, berdasarkan informasi dari guru, pelajaran 'berenang' adalah skill fisik yang harus dimiliki siswa SD kelas 1 dan kelas 2. Sekolah bekerja sama degan Sport Council untuk mendapatkan beberapa pelatih renang bersertifikat. Satu guru renang hanya boleh maksimum menangani 10 siswa.

Mother Tongue

Untuk pelajaran mother tongue, terdapat 3 mother tongue yang secara formal terdapat di sekolah yaitu Melayu, Chinese dan Tamil. Siswa akan mengikuti pelajaran sesuai dengan latar belakang keluarga mereka. Jika siswa tidak memiliki latar belakang ras yang ada di Singapura, mereka secara otomatis, anak masuk ke dalam kelas mother tongue Melayu. Melayu adalah bahasa nasional berdasarkan Undang-Undang Dasar Singapura. Dan bahasa melayu memiliki tulisan yang standard seperti layaknya bahasa Inggris. Dan ini berbeda dengan mother tongue Chinese atau Tamil yang memiliki tulisan khusus.

Bagi yang tidak menginginkan atau karena satu dan lain hal tidak dapat mengikuti pelajaran mother tongue, maka orang tua harus mengisi dan mengirimkan form ke kementrian edukasi untuk mendapatkan approval sehingga memperoleh pengecualian untuk tidak mengikuti pelajaran mother tongue.

Dalam hal siswa menginginkan untuk mengikuti pelajaran mother tongue yang berbeda dengan latar belakangnya, hal yang sama harus dilakukan oleh orang tua. Seperti apa yang terjadi pada anak saya yang memilih untuk mengikuti pelajaran mother tongue chinese. Saya harus mengisi form untuk mendapatkan approval dari kementrian edukasi dan menjelaskan alasan yang kuat mengapa anak saya mengikuti pelajaran mother tongue chinese. Saya punya alasan yang cukup kuat untuk hal ini walaupun kami sebagai orang tua tidak memiliki latar belakang chinese. Dengan beberapa pertimbangan dan sedikit test serta rekomendasi dari pengajar mother tongue, maka kedua anak saya memilih pelajaran mother tongue.

Pada saat pelajaran mother tongue berlangsung, anak-anak akan berada pada kelas berbeda dengan kelas normalnya. Mereka dikelompokkan berdasarkan pilihan pilihan mother tongue dan terkadang tergantung kepada level kemampuan si anak pula.

Pelajaran mother tongue, diajarkan oleh guru dengan sertifikasi sebagai pengajar mother tongue. Mereka bukan merupakan wali kelas dan tidak mengajarkan mata pelajaran yang lain.

Math

Ini adalah pelajaran yang hampir tiap hari ditekuni oleh siswa-siswa SD. Dari kelas 1 SD, mereka sudah diperkenalkan model matematika. Pendekatan problem-solving banyak dilakukan dalam pelajaran matematika. Dalam pendekatan problem-solving ini, siswa SD diberikan sebuah problem dengan soal cerita. Setelah mereka membaca ceritanya, mereka diminta untuk menggambarkan model dari masalah tersebut, mereka dituntut untuk memodelkan informasi apa yang mereka ketahui dan apa yang ingin mereka ketahui. Setelah pemodelan selesai, siswa baru menggunakan ilmu tambah, kurang, kali dan bagi yang mereka telah ketahui untuk menyelesaikan masalah.

Dalam pelajaran matematika ini, paling tidak siswa akan menggunakan dua buku. Buku pertama adalah sebuah TEXT book yang berisi segala teori dan buku kedua adalah WORK book. Semua pekerjaan siswa dikerjakan dalam buku WORK book. Kertas di WORK book memiliki robekan di sampingnya, sehingga setelah siswa menyelesaikan satu seksi WORK book, siswa bisa merobeknya untuk kemudian diserahkan kepada guru untuk dikoreksi. Setiap hasil kerja siswa harus ditanda tangani oleh orang tua setelah guru memberikan nilai.

English

Dalam pengajaran sehari-hari, bahasa Inggris adalah bahasa utama yang digunakan di dalam kelas. Dalam pelajaran bahasa Inggris ini, siswa diajarkan kosa kata, komposisi (mengarang), grammar dan lain-lain seperti layaknya kita mengikuti kursus bahasa Inggris. Di bawah ini adalah salah satu pekerjaan dalam pelajaran bahasa inggris untuk kelas 2.


 Dalam ujian, saya meilihat di jadwal ujian anak saya bahwa mereka tidak hanya harus menjalani ujian tertulis, tetapi mereka juga diharuskan untuk menjalani ujian oral. Mereka harus membaca sebuah cerita dan dapat mengekpresikan cerita tersebut, mereka diberikan sebuah gambar kemudian diminta untuk mencerikan gambar tersebut dengan bahasa mereka sendiri.

Science

Untuk pelajaran science, saya coba untuk melihat materi yang diperuntukkan buat siswa kelas 3 SD. Mereka mempelajari  benda mati dan benda hidup. Untuk benda hidup, mereka mendapatkan informasi bagaimana tumbuhan hidup, bagaimana kupu-kupu berkembang biak dan berbagai siklus kehidupan makhluk hidup. Untuk benda mati, mereka mempelajari benda padat, benda cair dan gas. Dalam pelajaran benda mati ini, mereka mengenal istilah kepadatan, volume, panjang dan luas dalam skala pengertian. Tentu saja, buku yang dipergunakan lebih banyak berisi gambar-gambar dan hampir tidak kita temui rumus-rumus yang ruwet.



--------
Link:
Topik tentang mengenai kehidupan di Singapura: Kehidupan di Singapura 
Topik tentang mengenali teknologi informasi: Mengenali Teknologi Informasi

Catatan Pendidikan Menengah (SMP) atau Secondary School di Singapura

Perjalanan pendidikan atau education journey yang akan dilalui oleh lulusan SD atau Primary School akan berlanjut ke jenjang berikutnya yang...